Namun bila kamu ingin membaca kisah dalam bahasa indonesia, tak perlu khawatir. cerita rakyat bahasa jawa legenda candi prambanan — cerita rakyat bahasa jawa dongeng candi prambanan1 sumber : Menghargai dan 1.1 menerima anugerah terintegrasi pada menghayati ajaran tuhan yang maha esa pembelajaran agama yang berupa bahasa jawa kompetensi inti
Dongeng Ciung Wanara adalah cerita rakyat Sunda yang sangat terkenal. Cerita Ciung Wanara populer di daerah Jawa Barat saja, tapi juga sudah tersebar ke seluruh Nusantara. Cerita Rakyat Ciung Wanara memiliki kemiripan dengan cerita rakyat jawa Timur yang berjudul Cindelaras Kakak pernah mempostingnya Cerita Rakyat Jawa Timur Kisah Cindelaras. Pasti adik-adik sudah sangat penasaran dengan Kisah Ciung Wanara ini. Selamat membaca. Cerita Rakyat Sunda Dongeng Ciung Wanara Pada zaman dahulu kala. Di sebuh daerah Jawa barat terdapat Kerajaan,yang bernama Kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh di pimpin oleh seorang Raja yang bijaksana. Raja tersebut bernama Raden Barma Wijaya Kusuma. Sang Raja memiliki dua Permaisuri. Permaisuri pertama bernama Nyimas Dewi Naganingrum dan yang kedua Nyimas Dewi Pangrenyep. Dalam waktu bersamaan kedua Permaisuri tersebut dalam kedaan mengandung. Suatu hari, Permaisuri Nyimas Dewi Pangrenyep melahirkan terlebih dahulu. Ia melahirkan seorang Bayi Laki-laki yang sangat lucu dan tampan. Pangeran tersebut di beri nama Hariangbanga. Tidak lama kemudian Permaisuri Dewi Naganingrum pun akan segera melahirkan. Dewi Pangrenyep bergegas untuk membantunya. Akhirnya, Dewi Naganingrum melahirkan seorang Bayi Laki-laki yang tidak kalah lucu dan tampan dari kakaknya Hariangbanga. Di balik kesediaannya menolong persalinan Dewi Naganingrum. Ternyata Dewi Pangrenyep tidak menyukain Dewi Naganingrum menjadi pesaingnya. Karena ia ingin menguasai Kerajaan dan menjadikan Putranya sebagai Raja kelak. Ia pun merencanakan niat jahatnya yang sudah ia susun agar sesuai dengan harapannya. Tanpa sepengetahuan siapapun. Bayi Laki-laki yang baru saja di lahirkan Dewi Naganingrum di tukar dengan seekor anak Anjing. Bayi yang sebenarnya di masukkan ke dalam sebuah keranjang. Dewi Pangrenyep pun meletakkan sebutir telur ayam. Ia pun segera menghayutkan bayi tersebut ke sebuah sungai. Di Kerajaan terjadi sebuah kehebohan. Kabar yang sangat mengejutkan menggemparkan seluruh isi Istana dan rakyat. Mengetahui kenyataan ini menghancurkan harga dirinya sebagai Raja. Bagaimana tidak, Permaisuri yang selama ini ia cintai sudah melahirkan seekor anak Anjing. Dalam keadaan marah. Akhirnya, Raja segera memanggil Penasehat Raja yang bernama Ki Lengser. Namun, memanggil Ki Lengser bukan untuk meminta sebuah nasihat. Tapi, memerintahkan Ki Lengser untuk segera membunuh Dewi Naganingrum dan mayatnya di buang jauh-jauh. Raja memerintahkan Ki Lengser segera melakukan tugasnya. Dalam perjalanan, Ki Lengser berpikir untuk menyelamatkan Dewi Naganingrum tanpa sepengetahuan siapapun. Ki Lengser yakin kejadian yang menimpa Dewi Naganingrum adalah suatu kebohongan. Namun, ia tidak mempunyai bukti untuk membantu Dewi Naganingrum. Ki Lengser membawa Dewi Naganingrung masuk kedalam hutan belantara. Ki Lengser membuatkan sebuah gubug untuk tempat tinggal Dewi Naganingrum. Setelah gubug itu selesai di buatnya, dengan terpaksa Ki Lengser meninggalkan Naganingrum seorang diri. Sebelum ia pergi, ia pun berjanji akan mengunjunginya. Sementara, Naganingrum sangat berharap suatu hari nanti ia dapat bertemu dengan Putra kandungnya. Ia pun berharap dapat kembali ke Istana dan hidup bahagia bersama keluarganya. Ki Lengser pun segera kembali ke istana. Ia langsung mengahadap Raja dan melaporkan bahwa tugasnya untuk membunuh Dewi Naganingrum sudah di laksanakan dengan baik. Untuk membuktikan bahwa ia sudah melaksanakan tugasnya, ia membasahi senjatanya dengan darah binatang buruan yang ia temui di dalam hutan. Sementara di suatu tempat. Hiduplah sepasang suami istri yang sudah sangat tua. Namun, mereka tidak memiliki anak. Suatu hari, mereka berdua pergi ke sebuah sungai untuk menangkap Ikan. Namun, mereka di kejutkan dengan sebuah keranjang besar berisi seorang bayi Laki-laki yang sangat lucu dan tampan. Mereka sangat bahagia dan mereka berpikir bahwa inilah sebuah jawaban dari doanya. Sepasang suami istri sangat bersyukur. Satu butir Telur Ayam yang berada di samping Bayi Laki-laki tersebut. Di simpannya telur Ayam tersebut kepada seekor Naga yang bernama Nagawiru yang berada di Gunung Padang. Naga tersebut bukanlah Naga sembarangan. Namun, jelmaan seorang Dewa dan sudah menjadi tugasnya untuk mengerami satu butir Telur Ayam tersebut. Suatu saat nanti. Telur tersebut akan menetaskan seekor Ayam Jantan dan menjadi binatang kesayangan dari anak bayi yang di temukan sepasang suami istri tersebut. Waktu tanpa terasa terus berjalan. Bayi Laki-laki, sekarang tumbuh menjadi remaja yang sangat tampan, cerdas, gagah dan pemberani. Anak tersebut di beri nama Ciung Wanara. Aki dan Nini memberikan nama Ciung Wanara karena mereka melihat seekor Monyet yang aneh, Monyet tersebut bernama Wanara. Kemudian mereka pun melihat seekor Burung yang bernama Ciung. Akhirnya, keduanya sepakat. Nama dari ke dua binatang tersebut. Akhirnya, di jadikan sebagai nama anaknya. Ciung Wanara tumbuh menjadi seorang Pemuda yang sangat tampan. Suatu hari, ia ingin sekali pergi ke Galuh untuk mengembara. Awalnya, Aki dan Nini tidak menginjinkannya. Namun, karena anaknya terus memaksa. Sebelum ia berangkat ke Kerajaan Galuh, ia bertanya siapa Ayah dan Ibu kandungnya. Awalnya, Aki dan nini tidak mau menceritakan kebenarannya. Namun, Ciung Wanara terus bertanya. Aki menjelaskan bahwa Ayah kandungnya adalah seorang Raja dari Kerajaan Galuh. Dan Ibunya di asingkan di dalam hutan belantara. Mendengar penjelsan tersebut. Akhirnya, Ciung Wanara berangkat ke Kerajaan Galuh dengan membawa Ayam Jantan kesayangannya. Setibanya di kerajaan Galuh. Ia bertemu dengan dua orang Patih yang bernama Purawesi dan Puragading. Kedua Patih tersebut tertarik dengan Ciung Wanara, karena ia membawa seekor Ayam Jantan. Kedua Patih tersebut menghampiri dan mengajaknya untuk adu Ayam. Ciung Wanara menerima tantangan dari kedua Patih tersebut. Pertandingan sambung Ayam di lakukan di tengah alun-alun Kota Galuh. Akhirnya, nasib baik selalu berpihak kepada Ciung Wanara. Ayam Jantang kesayangannya menang dalam pertandingan. Kemenangan Ciung Wanara tersebut langsung tersebar ke Kerajaan. Kemenangan itu terdengar oleh Sag Raja, bahwa ada seorang Pemuda Tampan memiliki seekor Ayam Jantan yang sangat tangguh. Akhirnya, takdir mempertemukan Ayah dan anak yang sudah di pisahkan oleh perbuatan Dewi Pangrenyep. Ciung Wanara datang ke Istana untuk bertemu dengan Raja. Ia pun membuat kekacauan di depan Istana. Akhirnya, Baginda segera memerintahkan para pengawal agar Ciung Wanara menghadap. Setelah berhadapan dengan Sang Raja, Ciung Wanara pun menyembah. “Hai Anak Muda! Siapa namamu dan dari mana asalmu?” “Nama hamba Ciung Wanara, putra dari Aki dan Nini Balangantrang dari desa Geger Sunten,” jawab Ciung Wanara dengan lantang. “Apa maksud kedatanganmu kemari?” “Begini, Tuanku. Hamba mempunyai seekor Ayams yang aneh. Induknya mengandung selama setahun. Sarangnya sebuah kandaga. Lebih aneh lagi, sebelum menetas, telur ini pernah hanyut di sungai,” kata Ciung Wanara. Raja teringat pada Naganingrum yang mengandung selama setahun. Sedangkan Dewi Pangrenyep sudah mengira, bahwa yang sekarang berada di hadapannya adalah putra dari Naganingrum. Kedatangannya hendak membalas dendam. “Kau berniat untuk menyambung Ayam dengan milikku? Apa taruhannya?” tanya Raja Galuh. “Jika ayam hamba yang kalah, hamba bersedia menyerahkan nyawa hamba. Tapi sebaliknya, jika ayam baginda yang kalah, maka hamba mohon diberi separuh kerajaan Galih Pakuan,” kata Ciung Wanara. Karena raja Galih Pakuan merasa yakin, bahwa ayam jagonya akan menang, taruhan Ciung Wanara disetujui. Baginda segera membawa ayamnya ke halaman dan diikuti oleh Ciung Wanara. Pertandingan sabung Ayam pun berlangsung dengan seru. Awalnya, Ayam jantan milik Ciung Wanaralah yang menunjukkan kekalahan. Namun, tiba-tiba Ayam tersebut kembali segar dan kuat kembali. Akhirnya, dengan mudah Ayam milik sang Raja kalah terdesak. Ciung Wanara kembali memenangkan pertandingan sabung Ayam. Sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui, Ciung Wanara mendapat negara sebelah Barat. Sedangkan sebelah Timur oleh baginda diserahkan kepada Hariangbanga. Masing-masing bergelar Prabu. Akhirnya, semua rahasia tentang Ciung Wanara terungkap dan segala kejahatan yang dilakukan Dewi Pangrenyep terbongkar dengan sendirinya. Ki Lengser pun menceritakan bahwa Ibu kandungnya masih hidup dan di asingkan di sebuah hutan. Ciung Wanara sangat bahagia dan segera menjemput ibunya, ia pun menjemput kedua angkatnya. Sementara itu Dewi Pangrenyep mulai hatinya ketar ketir setelah tahu kalau Ciung Wanara adalah anak bayi yang dibuangnya dulu. Hingga akhirnya kegelisahan dan ke khawatirannya itu pun segera terjawab dan terwujud. Prabu Ciung Wanara setelah tahu apa yang telah dilakukan oleh Dewi Pangrenyep terhadap ibunda dan dirinya sendiri, maka segera membentuk pasukan khusus untuk menangkap Dewi Pangrenyep. Tanpa menemui kesulitan yang berarti Dewi pangrenyep segera tertangkap dan di jebloskan kedalam penjara istana untuk membayar segala kejahatan dan kekejiannya. Sementara Raden Hariangbanga sangat kaget ketika mengetahui kalau ibundanya tercinta telah ditangkap oleh tentara prabu Ciung Wanara dan dijebloskan ke dalam penjara. Pertarungan antara dua orang adik kakak beda ibu itupun tak dapat terelakan lagi. Pertarungan sengit terus terjadi dan raden Hariangbanga harus berlaku satria dia kalah terdesak oleh adiknya Ciung Wanara. Setelah pertarungan itu kerajaan Galuh benar benar terbagi menjadi dua. Kerajaan Galuh terbagi dua karena dalam pertarungan tubuh Hariangbanga di lempar oleh Ciung Wanara hingga menyebrangi sungai Cipamali. Dari sejak itulah Kerajaan Galuh terbagi dua. Akhirnya, Ciung Wanara, Ibunya, dan orang tua angkatnya hidup berbahagia di dalam istananya yang kemudian bernama Pakuan Pajajaran. Pesan moral dari Cerita Rakyat Sunda Dongeng Ciung Wanara adalah perbuatan buruk akan mendapatkan balasan dari keburukannya dimasa yang akan datang. Selalu berlaku baik akan membuatmu sukses dan bahagia. Baca dongeng Sunda lainnya pada artikel kami berikut ini Dongeng Si Kabayan – Cerita Rakyat Sunda Jawa Barat dan Cerita Rakyat Sunda Dongeng Lutung Kasarung

Versicerita Ciung Wanara tersebut banyak persamaannya dengan cerita Ciung Wanara dalam buku Poenika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking Nabi Adam Dumugi Ing Taun 1647 yang diusahakan oleh W.L. Olthof bernama Sri Pamekas, pendeta bernama Ajar Cepaka, nama sang dewi dan patih tidak disebutkan.

Dongeng Bahasa Sunda CIUNG WANARAKacaturkeun di Karajaan Galuh. Anu ngaheuyeuk dayeuh waktu harita teh nyaeta Prabu Barma Wijaya gaduh permaisuri hiji Dewi Naga Ningrum anu ka dua Dewi Pangrenyep. Harita duanana keur kakandungan. Barang nepi kana waktosna, Dewi Pangrenyep ngalahirkeun budak lalaki kasep jeung mulus, dingaranan Hariang Banga. Tilu bulan tiharita Dewi Naga Ningrum ogé ngalahirkeun, diparajian ku Dewi Pangrenyep, orokna lalaki deuih. Tapi ku Dewi Pangrenyep diganti ku anak anjing, nepi kasaolah-olah Dewi Naga Ningrum téh ngalahirkeun anak anjing. Ari orok nu saestuna diasupkeun kana kandaga dibarengan ku endog hayam sahiji, terus dipalidkeun ka walungan kaayaan kitu, sang Prabu kacida ambekna ka Dewi Naga Ningrum. Terus nitah ki Lengser supaya maehan Dewi Naga Ningrum, lantaran dianggap geus ngawiwirang raja pedah ngalahirkeun anak anjing. Dewi Naga Ningrum dibawa ku Lengser, tapi heunteu dipaéhan. Ku Lengser diselongkeun ka leuweung nu jauh ti Dayeuh kandaga anu dipalidkeun téa, nyangsang dina badodon tataheunan lauk aki jeung nini Balangantrang. Barang aki jeung nini Balangantrang neang tataheunana, kacida bungahna meunang kandaga téh. Leuwih – leuwih sanggeus nyaho yén dijerona aya orok lalaki anu mulus tur kasep. Gancang budak téh dirawu dipangku, dibawa kalemburna nyaeta lembur Geger Sunten sarta diaku budak téh geus gede. Tapi masih keneh can dingaranan. Hiji poé budak téh milu ka leuweung jeung Aki balangantrang. Nénjo manuk nu alus rupana. Nanyakeun ka aki Balangantrang. “Aki ari itu sato naon?” “Eta téh ngarana manuk Ciung Jang”.Tuluy budak téh nénjo monyet. “Ari nu itu naon aki”? Dijawab deui ku si aki. “Eta téh ngarana Wanara”. Budak téh resepeun kana éta ngaran, tuluy baé ménta supaya manehna dingaranan Ciung Wanara. “Mun kitu mah ngaran kuring teh Ciung Wanara bae atuh Ki !”. Aki jeung nini Balangantrang Ciung Wanara geus jadi nu kasep sarta gagah pilih tanding. Ari endogna téa disileungleuman ku Naga Wiru ti Gunung Padang, nepi ka megarna. Ayeuna geus jadi hayam jago anu alus tur hiji poé, Ciung Wanara amitan ka aki jeung nini Balangantrang sabab rék nepungan raja di Galuh. Inditna bari ngelek hayam jago téa. Barang nepi ka alun-alun amprok jeung Patih Pura Wesi katut Patih Pura Gading. Nénjo Ciung Wanara mawa hayam jago, éta dua patih ngajak ngadu hayam. Ku Ciung Wanara dilayanan prung waé hayam téh diadukeun. Hayam patih éléh nepi ka paéhna. Patih dua ngambek, barang rék ngarontok, Ciung Wanara ngaleungit. Dua patih buru-buru laporan ka Ciung Wanara papanggih jeung Lengser. Terus milu ka karaton. Nepi ka karaton, Ciung Wanara ngajak ngadu hayam ka raja. Duanana make tandon. Lamun hayam Ciung Wanara éléh tandona nyawa Ciung Wanara. Sabalikna lamun raja nu éléh tandona nagara sabeulah, sarta Ciung Wanara baris dijenengkeun jadi raja tur diaku baé hayam téh diadukeun. Lila-lila hayam Ciung Wanara téh kadeseh, terus kapaehan. Ku Ciung Wanara dibawa ka sisi cibarani, dimandian nepi ka elingna. Gapruk diadukeun deui. Keur kitu dating naga wiru ti gunung padang, nyurup kana hayam Ciung Wanara. Sanggeus kasurupan naga wiru, hayam Ciung Wanara unggul, hayam raja éléh nepi ka jeung jangjina, Ciung Wanara dibéré nagara sabeulah, beulah kulon. Dijenengkeun raja sarta diaku anak ku Prabu Barma Wijaya Kusumah, ari nagara nu sabeulah deui, beulah wetan, dibikeun ka Hariang kabinekasan ki lengser, Ciung Wanara bisa patepung deui jeung indungna nyaéta Dewi Naga Ningrum. Lila-lila réka perdaya Dewi Pangrenyep téh kanyahoan ku Ciung Wanara. Saterusna atuh Dewi Pangrenyep téh ditangkep sarta dipanjarakeun dina panjara Banga kacida ambekna basa nyahoeun indungna geus dipanjara ku Ciung Wanara. Dee….r atuh tarung. Taya nu éléh sabab sarua saktina. Tapi lila-lila Hariang Banga téh kadeseh ku Ciung Wanara. Hariang Banga dibalangkeun ka wetaneun Cipamali. Tah tiharita kaayaan Galuh jadi dua bagian téh. Kuloneun Cipamali dicangking ku Ciung Wanara. Ari wetaneunana dicangking ku Hariang Banga. Sebagaiperbandingan, antara tahun 1914—1942, Balai Pustaka menerbitkan tidak lebih dari 50-an novel berbahasa Melayu. Sementara novel berbahasa Sunda yang terbit dalam rentang waktu yang sama berjumlah tidak kurang dari 40-an buah. Jadi, secara kuantitas penerbitan novel berbahasa Sunda hampir mendekati penerbitan novel Balai Pustaka.

CONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDAAssalamualaikum wr wbTerimakasih sudah berkunjung ke halaman blog datang di Perkenalkan blog ini berisi materi-materi pelajaran bahasa Sunda yang dikemas dalam media audio-visual untuk memberikan kesan belajar yang menyenangkan, mudah dipahami, dan memberikan banyak informasi baru kepada hanya blog saja, pun memiliki youtube channel, yang berisi video-video edukasi mengenai pembelajaran bahasa Sunda. Kalian bisa kunjungi youtube channel dengan klik link di bawah ada pertanyaan seputar CONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDA yang kurang dipahami, kalian bisa memberikan komentar, silahkan jangan ragu untuk mengisi kolom komentar di dengan adanya blog ini bisa memberikan manfaat bagi kalian belajar CONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDA. Ciung Wanara téh saenyana putra raja Galuh Pakuan. Ngan ti leuleutik dirorok ku Aki Balangantrang jeung Nini Balangantrang. Ciung Wanara téh teu apaleun yén anjeunna putra raja. Disangkana indung-bapana téh Nini jeung Aki Balangantrang wé. Ngan dasar aya terah sanajan dididik ku nini-nini jeung aki-aki bari di kampung, béda pasipatanana jeung barudak-barudak kampung séjénna. Leutik kénéh gé geus ngawasa rupa-rupa élmu nu biasana mah nu karitu téh dicekel ku jalma déwasa. Ari karesep Ciung Wanara harita ngukut jeung ngadu hayam. Nu matak barang ngadéngé béja cenah raja Galih Pakuan gé kasenengna kana ngadu hayam. Cita-cita Ciung Wanara hayang ngéléhkeun hayam kagungan raja. Ceuk pikiranana hadé goréngna hayam mah gumantung kana turunan jeung pamiaraan. Sanajan hayam raja, ari goréng turunan atawa pamiaraan mah moal bisa ngéléhkeun ka hayam hiji waktu Ciung Wanara nyarita ka Nini jeung Aki Balangantrang yén manéhna rék indit ka nagara Galih Pa¬kuan. Komo wé nini-nini jeung aki-aki téh barang mimiti ngadéngé caritaan Ciung Wanara kitu, rareuwaseun pisan. Tapi teu aya alesan keur nyarék. Komo mun seug nilik jalugjugna awak Ciung Wanara nu geus rék nincak déwasa, pantes mun hayang indit pikeun nyiar luang pangalaman ka dayeuh téh. Leuwih ti kitu, Aki jeung Nini Balangantrang nu apaleun pisan, saha ari Ciung Wanara téh, dina pikirna ieu lalaki lalanang jagat téh tangtu baris ngukir sajarah. Kacaritakeun dina waktu nu geus ditangtukeun jung baé Ciung Wanara téh indit kadua hayam jago. Waktu nyorang lembur-lembur matak guyur, sabab ceuk mojang-mojang kakaraeun teuing nempo satria kasép ngalémpéréng konéng ngaliwat, hanjakal ngan saliwat. Para pamuda gé garogedeg ceuk ieu saha ceuk itu saha. Waktu aya nu ngabéjaan yén éta téh anak Nini jeung Aki Bala¬ngantrang kalah beuki kacida garogedegna. Keur meujeuhna panas poé mentrang-mentring Ciung Wanara nepi ka luareun lawang sakéténg nyaéta lawang paranti asup ka jero dayeuh. Di dinya anjeunna ngareureuhkeun capé heula di handapeun tangkal kai. Karinget ngucur ti sakuliah badanna, ni’mateun pisan katebak ku anginngahiliwir. Bari diuk manéhna nempo lawang sakéténg dijaga ku jelema duaan jarangkung gedé bari marawa tumbak jeung nyorén gobang. Ceuk pikiranana kumaha bisana asup ari dijaga kitu mah, mangkaning teu boga duit. Sabab sakur nu asup ka dinya kudu mayar. Ngan kabeneran nu jaraga téh sok luas-léos. Sabot bongoh kitu sup Ciung Wanara asup. Barang geus di jero dayeuh, jelema-jelema karagéteun, nempo pamuda nu sakitu kasépna. Harita Ciung Wanara aya nu ngaku ku hiji randa beunghar. Waktu ditanya ngaran jeung lembur, Ciung Wanara ngajawab terus terang.“Ari Ujang ka dieu téh rék naon?” Nyi Randa nanya deui.“Hoyong ngadu hayam sareng kagungan Kangjeng Raja!” jawabna tenang.”Is na ari Ujang, asa lalawora teuing! Boga naon kitu keur tumpangna?”“Aya wé.”“Ayeuna mah tong waka jeung nu raja, jeung nu bibi wé heulaanan!Da bibi gé boga hayam adu mah!”“Mangga, ngan upami sareng nu bibi mah moal tumpangan.” Kacaritakeun geprak wé hayam Ciung Wanara diadukeun jeung hayam Nyi Randa beunghar. Da ngan sakali ngabintih hayam Nyi Randa ngagolér. Jelema-jelema nu nyaraksian ramé surak. Aya ogé nu ngomong, “Héran déwék mah euy! Hayam turundul kitu maké meunang!” Isukna Ciung Wanara kaluar ti tempat panyiru-rukanana nyaéta imah Nyi Randa téa. Waktu ulin ka alun-alun lar patih Purawesi jeung Puragading bébénténg nagara Galih Pakuan angkat sareng. Jaman harita téa upama aya pangagung angkat, jelema-jelema nu nempo téh kudu brek caringogo bari tungkul. Upama teu kitu dianggap teu sopan, pasti bakal meunang hukuman. Sanajan teu nyaho gé nu duaan éta patih, nilik dedeg-pangadegna, saha nu teu sieun. Geus puguh awakna jarangkung gedé, kumis baplang jeung godégan, maké iket barangbang semplak nepi ka buukna sakitu panjangna papuket kabeungkeut iket. Awakna teu maké baju nepi ka atra bulu kélékna jabrig, dadana buluan. Ka handap maké calana sontog maké beubeur sagedé tampah, Duanana pada nyorén gobang ngangsar ampir antel kana taneuh. Upama ngarérét ka nu ngahormat, burileng panonna nu sagedé jéngkol téh hirup kawas rék kék waé Ciung Wanara aya nu ngabéjaan yén éta téh patih, ngadon solongkrong nyampeurkeun. Duka kituna téh pédah didikan Aki jeung Nini Balangantrang nu ngajarkeun hakékat jelema mah taya bédana da sarua damelan Nu Maha Kawasa. Malah dina basa gé ka ieu-ieu sarua taya adab taya kasar. Atawa pangna wani nyampeurkeun patih téh perbawa sipatna nu teuneung. Tapi nu pasti mah berekah didikan jeung sipat! Waktu Ciung Wanara nyampeurkeun ka patih mah papakéanana lain nu biasa, tapi diganti ku nu goréng. Malah teu maké baju-baju acan, beuteungna ngahaja dibucitreuk-bucitreukkeun, beungeutna camérong diko-toran leutak. Barang solongkrong ka patih, nu disampeurkeun nanya sorana mani tarik semu peura, “Rék naon sia budak buncir nyampeurkeun ka kami?”Ceuk Ciung Wanara bolostrong bari teu kireum-kireum, “Hayang ngadu hayam jeung nu Kangjeng Patih!”“Hah siah wawanianan! Boga hayam turundul kitu wani ngadu jeung nu aing! Sakali ngabintih gé hayam sia paéh!” Patih Purawesi sasauranana kitu bari bendu sabab asa dihina ku budak buncir.“Nyobaan wé!” ceuk budak buncir téh.“Heug! Tapi naon tumpangna?” saur Patih Pura-gading.“Teu boga da kami mah tara tumpangan!” cék budak buncir.“Aéh-aéh siah!” saur Patih Purawesi, “Kieu wé atuh! Lamun hayam sia éléh, sia ku kami digebug sapuluh kali Ku gegendir ieu! Wani henteu?”“Wani! Ngan upama hayam patih nu éléh naon tumpangna?”“Moal éléh hayam kami mah!”“Enya upama ieu mah,” ceuk budak buncir deui.“Manéh ku kami dibéré duit sarajut!” saur Patih Purawesi. Geus nyieun perjangjian kitu mah Patih Purawesi jeung Patih Puragading nimbalan ponggawa nyandak hayam kagunganana nu pangsaéna. Budak buncir diajak ka pakalangan paranti ngadu hayam. Di dinya nu lalajo geus pinuh. Jelema sakitu lobana teu aya saurang gé nu mangmeunangkeun ka hayam budak buncir. Hayam Patih Purawesi tuluy diasupkeun ka pakalangan. Barang sup ger nu lalajo surak. Hayam téh jangkung gedé buluna hérang pertanda asak piara, jawérna sumpel, buntutna lempay, siihna seukeut panjangna kira-kira satunjuk. Barang jrut ka pakalangan, belegender kokoréh tuluy kongkorongok. Ningali hayam lagana kitu, Patih Purawesi imut. “Sok, Buncir asupkeun hayam manéh!” Hayam turundul téh ku budak buncir ditiup sirahna geus kitu dialungkeun ka pakalangan. Barang sup, séak diudag ku hayam Patih Purawesi. Si Turundul nyingcet, jol di tukangeun Si Jelug, kecok sirah hayam Patih Purawesi téh dipacok, jebét dibintih. Teu ngadua-kalian, hayam patih Purawesi ngagolér teu hudang deui. Ger nu lalajo surak éak-éakan. Patih Purawesi barengep lain pédah aya nu neunggeul tapi bakat ku éra ku nu lalajo. Sabab hayam kagunganana tacan aya nu ngéléhkeun, sumawonna nepi ka ngagolér kawas harita mah. Ongkoh jaman harita mah ajén jelema téh ditangtukeun ku hayam aduna. Upama hayam aduna kuat teu aya nu ngéléhkeun, ajén nu bogana ningkat upama hayamna éléh, ajén nu bogana turun. Budak buncir téh nyokot hayamna ti pakalangan, tuluy diusapan. Nu lalajo ngarogrog nempo hayam budak buncir. Ku saréréa pada nyidikkeun teu aya tanda-tanda hayam alus. Nu matak sakur nu lalajo pada hookeun.“Sok ayeuna mah jeung nu aing!” saur Patih Puragading. “Sok asupkeun heula hayam maneh, Buncir!” Saperti tadi budak buncir téh méméh ngasupkeun hayamna ditiup heula huluna, Sanggeus hayam turundul aya di pakalangan, hayam Patih Puragading diasupkeun. Barang sup sebrut hayam jelug nu Patih Puragading ngudag Si Turundul. Tapi nu diudag rikat luncat ka luhur nepi ka nu ngudag téh kaselebrungan. Si Turundul geus taki-taki di tukangeun Si Jelug. Barang Si Jelug malik, sebrut deui ngudag. Si Turundul nu geus taki-taki mapang hulu Si Jelug ku pangbintih satakerna. Jepet golépak hayam Patih Pura gading ngagolér. Ger deui nu lalajo surak. Patih Puragading baketut ambek nyedek tanaga midek. Sanggeus dua hayam patih ngagolér, budak buncir ngadeukeutan patih rék nagih jangji, Patih Purawesi jeung Puragading kalah ambek, geus puguh hayam nu dipikameumeutna éléh, ayeuna aya nu nagih. Ku sabab kitu budak buncir téh dirawél tadina rék digebug. Ngan budak buncir nu taya lian Ciung Wanara bisa cungcat-cingcet nepi ka teu dikepung ku dua patih dibantuan ku para ponggawa karaton teu beunang. Ber pada ngudag, Ciung Wanara geus teu aya, nyumput ngadedempés. Puguh wé dua patih téh ambek murang-maring. Majar jelema sakitu lobana éléh ku budak buncir saurang. Kacaritakeun béja yén aya budak buncir boga hayam adu sakitu meunanganana geus dugi ka Kangjeng Raja Galih Pakuan. Anjeunna enggal nimbalan para ponggawa milarian budak buncir téa. Nu milarian geus ber ka ditu ber ka dieu tapi nu dipilarian teu kapendak, teu aya raratan-raratanana acan. Kabeneran ku kapinteran Léngsér budak buncir téh kapanggih. Ngan waktu diajak ka karaton ngadeuheus ka Kangjeng Raja, budak buncir téh mugen, embungeun. Ari alesanana sieun ku patih. Budak buncir téh nya nyarita terus terang katugenahna ku patih. Nu jangji rék méré duit sarajut kalah rék nyiksa. Patih nu modél kitu cenah kudu meunang hukuman. Léngsér nyanggupan rék méréskeun masalah éta asal budak buncir daék milu ka karaton. Kacaritakeun sanggeus Léngsér jangji mah, budak buncir téh daékeun milu. Barang nepi ka karaton patih keur araya di dinya. Nempo budak buncir panonna burulang-burileng tapi teu bisa kukumaha da sieuneun ku raja. Budak buncir mah nempo patih kitu téh tenang wé siga teu aya kakeueung. Saparantos diparios ku raja, énggalna budak buncir terus terang hayang ngadukeun hayamna jeung kagungan raja, nu geus sohor ka manamana teu acan aya nu ngéléhkeun. Waktu diparios naon tumpangna, waler bu¬dak buncir, pati-hurip raga sareng badan. Dawuhan raja ti kami mah cenah tumpanganana nagara sabeulah. Isukna jelema-jelema geus pinuh di tempat pangaduan hayam rék lalajo. Hayam raja mah datangna ka dinya gé pada ngagotong jeung kurungna. Ti barang datang disada kakak-kokok jeung pucak-pacok. Atuh si Budak Buncir geus datang cingogo bari ngusapan hayamna Si Turundul. Barang geus ninggang kana waktuna dua hayam geus pasang sanghareup-sanghareup. Hayam raja nu jangkung leuwih ti hayam patih, dongko bari muridingkeun bulu beuheungna, panonna gular-giler sieun kapiheulaan kabintih. Kecok Si Turundul sirahna dipacok, jebét dibintih. Ger nu lalajo ramé surak kabéh ngabobotohan hayam raja. Ngan dibintih sakitu tarikna Si Turundul teu régrog-régrog. Manéhna gulak-gilek ngamaénkeun huluna bisi kabeunangan deui. Kangjeng Raja Galih Pakuan imut ngagelenyu ningali hayam aduanana nu sakitu ageungna, ngalawan hayam turundul, eukeur mah leutik kawas kurang parab deuih, Tapi waktu Kangjeng Raja imut kitu, teu kanyahoan kecok hayam kagungan raja dipacok jawérna, jebét dibintih. Kawas lawan-lawan Si Turundul nu ti heula, teu kudu ngadua kalian dibintih, sakali gé cukup. Barang jebét golépak ngagolér. Kangjeng Raja ngarénjag reuwas teu aya papadana, Patih Purawesi jeung Puragading tadina rék ngarontok budak buncir, ngan énggal dihuit ku raja. “Héy Patih! Teu meunang kitu! Geus puguh hayam urang nu éléh, rék naon deui! Kaula moal jalir jangji rék masrahkeun karajaan satengahna. Geus adat nu sok ngadu ngan meunang jeung éléh. Malah loba nu béak kakayaanana ku ngadu!” Barang ngadangu kasauran raja kitu, patih cicing teu ngomong sakemék Harita kénéh karajaan Galih Pa¬kuan beulah kulon dipasrahkeun ka budak buncir. Beulah wétan mah geus dicepeng ku putrana Hariang Banga. Dina hiji kasempetan kauninga ku raja yén budak buncir téh taya lian ti Ciung Wanara putrana ku anjeun, nu dirorok ti oorok ku Aki jeung Nini Balangantrang. Ku sabab kitu saur raja ka Ciung Wanara, “Sukur hidep geus jadi budak prihatin. Jeung hidep boga karajaan lain warisan, tapi hasil usaha sorangan. Muga-muga waé bisa ngajalankeun pamaréntahan, ari Ama mah ti wangkid ieu rék ngabagawan.” Diropéa tina buku ”Jaka Gurumaya Ngaburak-barik Siluman”karya Tasdik 1996 LATIHAN Naon téma atawa jejer carita pantun diluhur téh?Saha waé palakuna? Kumaha deuiih watekna?Dimana kajadianana carita diluhur téh?Naon hal-hal anu bisa ditaulad diconto tina carita pantun diluhur?Pék caritakeun deui sempalan carita pantun diluhur téh?Paluruh 10 kecap anu dianggap hésé, tina carita pantun diluhur! Téangan hartina dina kamus basa Sunda, geus kitu tuluy larapkeun kalana kalimah! BUKU SUMBERBUKU RANCAGÉ DIAJAR BASA SUNDABUKU PANGGELAR BASA SUNDABUKU PAMEKAR DIAJAR BASA SUNDABUKU SIMPAY BASA SUNDAMODUL PANGAJARAN BASA SUNDAMODUL PPG BASA SUNDA Bagaimana??? Penjelasan mengenai materi di atas dapat dipahami dengan baik??? jika masih belum paham, kalian bisa memberikan pertanyaan dengan mengisi komentar di bawah atau bisa juga mengunjungi postingan mengenai MATERI CARITA PANTUN lainnya atau langsung cari saja keyword materi yang kalian cari di bawah ini Jika blog ini bisa memberikan banyak manfaat, jangan lupa untuk dukung blog ini dengan cara like, comment, dan share ke teman-teman kalian. Jangan lupa untuk bergabung dalam group belajar bahasa Sunda husus siswa se-Jabar, dengan klik link di bawah iniWHATSAPPTELEGRAMFACEBOOKINSTAGRAMYOUTUBETIKTOK Mari kita sama-sama bangun blog ini supaya bisa lebih berkembang lagi dan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi kalian GOOGLE TRANSLATE Perhatian!, materi ini diterjemahkan oleh mesin penterjemah google translate tanpa adanya post editting, sehingga ketepatan dalam terjemahan masih buruk dan perlu dikembangkan dari fitur terjemahan ini untuk pengunjunga yang kesulitan memahami materi dan tidak sama sekali mengerti bahasa Sunda atau teman-teman pelajar dari luar Jawa Barat yang sedang belajar bahasa Sunda, fitur terjemahan ini bisa digunakan namun tidak 100% akurat, akan tetapi garis besarnya bisa diambil, daripada tidak mengerti mudah-mudahan admin punya waktu sehingga bisa mengoptimalkan fitur terjemahannya sendiri, dengan begitu pengunjung bisa mempelajari materi dalam bahasa Indonesia. CONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDA Cerita Puisi “Ciung Wanara”Ciung Wanara adalah putra raja Galuh Pakuan. Baru sejak kecil diadopsi oleh Aki Balangantrang dan Nini Balangantrang. Ciung Wanara tidak ingat bahwa dia adalah putra seorang raja. Diduga kedua orang tuanya adalah Nini dan Aki dasar-dasarnya saja yang ada meski dididik oleh kakek-nenek dan aki-aki selama di desa, beda sifat dan anak desa lainnya. Kecil masih kita akan menguasai berbagai ilmu yang biasanya tidak hanya dimiliki oleh orang favorit Ciung Wanara adalah memungut dan menggali ayam. Para pemeran barang mendengar kabar bahwa raja Galih Pakuan akan senang menggali ayam. Ambisi Ciung Wanara adalah mengalahkan ayam raja. Dia pikir semakin baik ayam saya bergantung pada keturunan dan pembiakan. Bahkan ayam raja, keturunan yang buruk atau pembiakan saya tidak bisa mengalahkan ayam Wanara pernah berbicara dengan Nini dan Aki Balangantrang bahwa ia ingin pergi ke negeri Galih Pa¬kuan. Bahkan kakek-nenek dan bibinya yang CONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDApertama kali mendengar cerita Ciung Wanara sangat terkejut. Tapi tidak ada alasan untuk mengeluh. Meski melihat jenazah Ciung Wanara yang hendak menginjak usia dewasa, ada baiknya jika ingin pergi mencari pengalaman liburan ke kota ini. Apalagi Aki dan Nini Balangantrang sangat berhati-hati, siapa Ciung Wanara, dalam pemikiran orang yang mengabaikan dunia ini pasti akan mengukir pada waktu yang ditentukan orang jung Ciung Wanara telah menjadi ayam jantan kedua. Lembur agak merepotkan, karena para gadis mengatakan sudah terlambat untuk melihat kesatria terlambat untuk membiarkan kuning lewat, sayangnya baru selesai. Pemuda akan garogedeg mengatakan ini siapa yang mengatakan itu siapa. Ketika ada yang memberitahumu bahwa itu adalah anak Nini dan Aki Bala¬ngantrang semakin kenyamanan panasnya hari Ciung Wanara hingga di luar pintu depan merupakan pintu masuk kota. Di sana ia beristirahat lelah dulu di bawah pohon kayu. Keringat menetes dari sekujur tubuhnya, kematiannya sangat bisa ditebak oleh duduk dia melihat sebuah pintu kecil yang dijaga oleh dua jala besar sambil membawa tombak dan menarik seekor gobang. Dia berpikir bagaimana dia bisa tetap waspada jadi saya, bagaimanapun, tidak punya uang. Karena siapapun yang masuk harus membayar. CONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDASatu-satunya kebenaran adalah bahwa net selalu terbelalak. Saat dia pergi, sop Ciung Wanara masuk. Banyak hal telah terjadi di dalam kota, orang-orang khawatir, melihat pemuda itu larut malam. Harita Ciung Wanara diklaim oleh seorang janda kaya. Saat ditanya nama dan lemburnya, Ciung Wanara menjawab terus terang.“Ari Ujang ini yang kamu inginkan?” Nyi Randa bertanya lagi.“Saya ingin makan ayam dan memiliki Kangjeng Raja!” Jawabannya tenang.“Apakah na ari Ujang, sebagai kelalaian juga! Apa yang Anda miliki untuk berkuda? ““Itu dia.”“Sekarang aku laras waka dengan raja, dan bibi kita duluan!Bibiku akan makan ayamku! ““Tolong, hanya jika dengan bibi saya tidak akan naik.”Kabarnya, ayam Ciung Wanara diaduk dan ayam Nyi Randa kaya. Da hanya sekali menyembelih ayam Nyi Randa yang dibaringkan. Orang-orang bersorak dengan keras. Ada juga yang mengatakan, “Saya terkejut! Ayam-ayam itu turun jadi saya bisa mendapatkannya! “Keesokan harinya, Ciung Wanara keluar dari tempat pemerkosanya berada di rumah Nyi Randa. Saatnya bermain ke alun-alun patih purawesi dan puragading benteng negeri galih pakuan pergi bersama. Kala itu, jika ada lift, yang melihatnya harus merem caringogo sambil tungkul. Jika tidak dianggap kasar, pasti akan mendapat Anda tidak tahu bahwa keduanya adalah penguasa, lihatlah kemapanan, siapa yang tidak takut. Dia malas, badannya besar, kumis dan janggutnya, dia pake tas bangbang semplak sampai rambutnya sepanjang bungkusannya diikat ke bungkusannya. Tubuhnya tidak memakai baju sampai terlihat jelas bahwa rambutnya jabrig, berbulu dada. Turun dengan celana yang memakai ikat pinggang sebesar sampah, Keduanya di dorong oleh gobang ngarsar hampir antel ke tanah. Jika dipikir-pikir, mata Anda terbuka lebar dan Anda bisa Ciung Wanara ada di sana untuk memberi tahu bahwa itu adalah sang duke, menyumbang untuk yang malang. Karena itu dukacita adalah ajaran Aki dan Nini Balangantrang yang mengajarkan hakikat orang yang tidak berbeda dengan karya yang sama dari Yang Maha Kuasa. Bahkan dalam bahasa Anda akan mengatakan ini-ini sama, tidak ada sopan santun, tidak kasar. Atau keberanian untuk menyentuh penguasa adalah pemegangnya, mereka adalah tumitnya. Tapi yang pasti saya diberkati dengan pendidikan dan properti!Ketika Ciung Wanara menghampiri sang duke, pakaiannya tidak biasa, tetapi diganti dengan yang jelek. Belum pakai baju pun, perutnya sengaja sobek, wajahnya berlumuran nongkrong ke Duke, yang disela untuk menanyakan suara maniak yang tampaknya peura, “Apa yang Anda ingin anak nakal mengganggu kita?”Ciung Wanara bolostrong berkata sambil tidak berbisik, “Mau ngadu ayam dengan n u Kangjeng Patih! ”“Hah, kamu berani! Punya ayam jadi berani mengadu dengan aing itu! Setelah dibunuh, ayamnya akan mati! ” Patih Purawesi mengatakan hal tersebut sambil marah karena merasa dihina oleh anak nakal tersebut.“Cobalah!” kata anak nakal itu.“BAIK! Tapi apa yang terjadi? ” saur Patih Pura-gading.“Saya tidak punya tumpangan!” periksa anak laki-laki buncir.“Ya ampun!” Patih Purawesi berkata, “Ini aku! Jika ayam layak dikalahkan, kita dipukul sepuluh kali oleh guntur ini! Tidak berani? ““Keberanian! Bagaimana jika ayamnya dikalahkan? ”“Aku tidak akan kehilangan ayam kita!”“Ya kalau ini aku,” kata bocah nakal itu lagi.“Anda memberi kami uang!” saur Patih sudah bersepakat bahwa ayam pengganti buatan Patih Purawesi dan Patih Puragading mengambil ayam yang terbaik. Bocah nakal itu diajak ke kandang ayam. Di sana arlojinya penuh. Begitu banyak orang sehingga tidak ada yang akan sampai pada anak ayam Patih Purawesi kemudian masuk gudang. Isi sup yang Anda tonton. Ayam itu tinggi, berkilau, tanda dewasa, rahangnya tebal, ekornya ramping, dan panjangnya tajam sekitar satu inci. Barang jrut ke gudang, belegender kokoréh lalu ayam seperti itu, Patih Purawesi memang lucu. “Kadang Buncir masuk ayam lagi!” CONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDAAyam yang turun itu oleh bocah bengkok ditiup kepalanya sehingga dibuang ke warung. Barang soto seak dikejar oleh ayam Patih Purawesi. Si Turundul nyingcet, jol di belakang Si Jelug, kecok sirah hayak Patih Purawesi teh dipacok, jebet dibintih. Tak mau kalah, ayam jantan purawesi tiarap dan tidak bangun Anda melihat sorakan eak-eakan. Patih Purawesi bersama-sama tidak mengatakan ada pemogokan melainkan bakat yang dipermalukan oleh yang menyaksikan. Karena ayam belum dikalahkan, apalagi sampai tiduran seperti dulu. Nilai hari-hari itu ditentukan oleh ayam. Jika ayam kuat dan tidak ada yang menang maka nilai pemilik bertambah jika ayam kalah, nilai pemilik nakal itu mengambil ayamnya dari kandang, lalu menggosoknya. Arloji itu jatuh untuk melihat anak ayam telanjang. Dengan semua orang menyelidiki, tidak ada tanda-tanda ayam yang baik. Anda harus memperhatikan saat Anda menonton.“Terkadang aku bersamamu!” saur Patih Puragading. “Selalu masukkan ayammu dulu, Buncir!”Seperti sebelum anak nakal itu sebelum masuk ayam ditiup kepala dulu, Setelah ayam turun di lapak, ayam Patih Puragading masuk. Patih Puragading mengejar sop ayam jelug mengejar Si Turundul. Tapi pengejaran rikat melonjak hingga pengejaran dibatalkan. Si Turundul adalah taki-taki di belakang Si Jelug. Barang Si Jelug malik, sebrut lagi kejar. Suku Turundul yang telah taki-taki untuk memetakan kepala Si Jelug dengan yang paling banyak di sekitarnya. Ayam gading Patih Pura tergeletak di tanah. Ger sekali lagi Anda menonton sorakan. Patih Puragading baketut marah sambil mengejek energi kedua ayam sang adipati tiarap, bocah nakal itu menghampiri sang adipati untuk menuntut janji, adipati purawesi dan puragading hilang kesabarannya, ia malas ayam itu dikalahkan, kini ada jaminan. Karena itulah bocah nakal itu repot-repot dipukuli. Hanya bocah nakal yang tak lain Ciung Wanara yang bisa bersin hingga tidak dikepung oleh dua penguasa dibantu olCONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDAeh para abdi dalem. Ber dalam pengejaran, Ciung Wanara tidak ada di sana, bersembunyi untuk menenangkan diri. Kemalasan kedua penguasa itu marah. Orang-orang Majar banyak yang dikalahkan oleh bocah ada seorang bocah nakal berkelahi ayam sehingga pemenangnya sudah sampai di Kangjeng Raja Galih Pakuan. Dia segera memanggil si buatan untuk mencari bocah nakal itu. Pencarian sudah dicari di sini tapi belum ditemukan, belum ada kecerdikan bocah malang Buncir ditemukan. Cuma waktu ngobrol ke istana pujaan dengan Kangjeng Raja, bocah nakal itu mugen, hamil. Ari beralasan takut pada sang duke. Bocah nakal adalah dia yang berbicara terus terang dengan penguasa. Anda berjanji untuk memberikan uang kepada pecundang yang ingin Anda penyalahgunaan. Duke model seperti itu mengatakan dia harus tersisa ingin menyelesaikan masalah adalah asal muasal bocah nakal yang mau bergabung dengan istana. Kabarnya setelah janjiku, bocah nakal itu mau sampai ke duke palace untuk jalan raya di sana. Melihat bocah itu dengan mata terbuka lebar, dia tidak bisa menahan ketakutan oleh raja. Anak nakal saya melihat adipati jadi tenang kami sepertinya tidak diperiksa oleh raja, bocah lelaki telanjang baru itu terus terang ingin beternak ayamnya dan memiliki raja, yang telah merayakan kepada siapa pun yang belum menang. Saat ditanya apa yang terjadi, jawabannya mati rasa, matinya jasmani dan jasmani. Atas perintah raja, kataku, naiki desa harinya warga sudah kenyang di tempat menonton ayam aduan. Raja ayam saya datang untuk itu saya akan membawa dan kandang. Dari barang-barang itu keluarlah suara saudara ak-kokok dan pucak-pacok. Saya pikir Budak Buncir datang bersiul sambil menggosok ayam Si tersebut telah dipanggang setelah kedua ayam tersebut dipasangkan secara langsung. Ayam raja lebih tinggi dari ayam adipati, sambil mengusap rambut leher dongko, matanya berputar-putar karena takut dibunuh. Kecok Si Turundul dipenggal, dipukul. Ger yang menyaksikan kerumunan itu bersorak di seluruh ayam raja. Hanya dibintih agar daya tarik Si Turundul tidak goyah. Dia ragu-ragu untuk bermain dengan kepalanya jika terjadi kebingungan lagi. Kangjeng raja galih pakuan lucu melihat ayam yang begitu besar, melawan ayam turun, saya kecil seperti kurang parab lagi, tapi waktu kangjeng raja lucu jadi, tidak diketahui bahwa ayam raja dicambuk, jebet dibintih. Seperti lawan Si Turundul sejak awal, Anda tidak perlu khawatir terbunuh, begitu Anda sudah merasa cukup. Barang itu tergeletak di Raja heran tidak ada yang salah dengan itu, Patih Purawesi dan Puragading sempat ingin menjatuhkan bocah nakal itu, hanya untuk disambut oleh raja.“Hei Patih! Tidak mengerti! Ayam malas sudah dikalahkan, apa yang Anda inginkan lebih! Aku tidak akan mengingkari janjiku untuk menyerahkan kerajaan di tengah jalan. Merupakan kebiasaan bahwa Anda selalu mengadu hanya untuk menang dan kalah. Faktanya, banyak yang kehilangan kekayaan mereka dengan menggali! “Hal-hal yang terdengar tentang pernikahan raja, namun, sang duke tetap tinggal tidak mengatakan begitu Harita masih kerajaan Galih Pa¬kuan di bagian barat diserahkan kepada bocah nakal itu. Bagian timur I telah ditangkap oleh putranya Hariang suatu ketika raja mengetahui bahwa bocah nakal itu tidak lain adalah Ciung Wanara, putranya olehmu, yang diadopsi sejak bayi oleh Aki dan Nini Balangantrang. Oleh karena itu, raja berkata kepada Ciung Wanara, “Syukurlah hidep telah menjadi anak yang peduli. Dan hidep memiliki kerajaan bukan warisan, tapi hasil dari usahanya sendiri. Saya berharap kita bisa menjalankan pemerintahan, Ama ari saya dari wangkid ini mau bawa. ”Diperbarui dari buku “Jaka Gurumaya Scattering Demons”oleh Tasdik 1996 CONTOH CARITA PANTUN CIUNG WANARA BAHASA SUNDA

KerajaanPajajaran. METROPOLITAN – Kerajaan Pajajaran ialah nama lain dari Kerajaan suku Sunda, yang mana Kerajaan Pajajaran tersebut berada di daerah Pakuan, Kota Bogor, Jawa Barat. Kata Pakuan ini diambil dari kata Pakuwuan yang mempunyai arti kota, kebiasaan-kebiasaan masa lalu yang mengatakan ibu kota seagai sebutan kerajaan.
Perhatian! materi ini diterjemahkan oleh mesin penterjemah google translate tanpa adanya post editting, sehingga ketepatan dalam terjemahan masih buruk dan perlu dikembangkan dari fitur terjemahan ini untuk pengunjung yang kesulitan memahami materi dan tidak sama sekali mengerti bahasa Sunda atau teman-teman pelajar dari luar Jawa Barat yang sedang belajar bahasa Sunda, fitur terjemahan ini bisa digunakan namun tidak 100% akurat, akan tetapi garis besarnya bisa diambil, daripada tidak mengerti mudah-mudahan admin punya waktu sehingga bisa mengoptimalkan fitur terjemahannya sendiri, dengan begitu pengunjung bisa mempelajari materi dalam bahasa Indonesia. A. PENGERTIAN MATERI DRAMA BAHASA SUNDA Terkadang istilah drama selalu tertanam dan isti adalah teater. Tapi sebenarnya kedua istilah itu mengacu pada arti yang berbeda, meskipun dalam panas saya akan mengacu pada seni pertunjukan atau seni pertunjukan pertunjukan. Istilah drama, aslinya dari bahasa Yunani, dramoi, berarti niru-niru. Jadi lagi-lagi teater, berasal dari bahasa yunani, teatron, artinya tempat ibadah dan terletak di tengah alun-alun arena. Ada istilah lain untuk drama, berasal dari bahasa Jawa, sandi rahasia, wara h, yang berarti pendidikan atau pendidikan. Artinya lakon adalah ajaran yang disampaikan secara samar-samar atau disalibkan rahasia Cerita drama Ari adalah suatu karya sastra yang memainkan suatu cerita atau lakon melalui dialog, dimaksudkan untuk dibawakan oleh para aktor actor dalam pementasannya. Pada awal wacana, biasanya saya menguraikan terlebih dahulu aktor-aktornya, karakternya, umurnya, dan juga menggambarkan latar belakangnya, bagaimana situasi di atas panggung, ilustrasi musik, dan lain sebagainya. Dilihat dari bentuknya, drama dapat dipasangkan menjadi bentuk yang halus dan bentuk yang ritmis. Drama adalah suatu bentuk kefasihan yang dibaca atau diucapkan dalam irama bahasa yang fasih, kadang-kadang bahkan jika itu dirancang. Contoh Dakwaan 1954, Bubat 1955, dan Jalan Lempeng oleh RAF, Cahaya Maratan Waja 1964, Tukang Polkan 1966, Ngadagoan Si Jabang 1968, dan Jalan Batu nu Ngahalangan 1987 oleh Yus Rusyana, Jste Ada drama yang disebut gending karesmen, karena dialog atau monolognya selalu dibawakan. Biasanya ditulis dalam bentuk sindiran, kawih, lagu, pupuh, pujian, dll. Mang Koko, sempat menyebut istilah dramaswara untuk gending karesmen itu. DRAMA SUNDA CIUNG WANARA KISAH DUA PATIH SAKEMBARAN, PATIH PURAWESI DAN PURAGADING, SELAIN GEREJA, BAWANA HAYAM SAHIJI, RAPAT DI KOTAK DAN CIUNG WANARA Ciung Wanara “Mau kemana paman, bertaruh kalian berdua berenang?”Duke “Apakah kamu berani mengatakan paman? Kapan aing patatih? ”Ciung Wanara “Disebut tidak berguna dengan sukarela. Namanya paman mumul. ”Duke “Apakah Anda punya anak?”Ciung Wanara “Anak Ayah.”Duke “Siapa ayahmu lagi?”Ciung Wanara “Suami ibu.”Duke “Siapa ibumu?”Ciung Wanara “Kapan istri Ayah.” PATIH DUAAN SALEUSEURIAN, MENDENGARKAN KATA-KATA CIUNG WANARA KEMUDIAN MENUTUP AYAM. Duke “Di mana Anda membawa ayam, mana yang terbaik?”Ciung Wanara “Sayangnya keturunan, berasal dari ibu ayah, berasal dari telur.”Patih “Saya malas dan saya punya perjanjian jamak, Bu!”Ciung Wanara “Baiklah, ekornya.”Patih “Ash.”Ciung Wanara “Ih, abong-abong mah songong.” PATIH MENGUNDANG AYAM KELUHAN SAAT MEMBEBASKAN AYAM DARI KISA. CIUNG WANARA JUGA Lepaskan AYAMNYA. GER BAÉ DIADU. KISAH AYAM MATI. KEDUA KEMATIAN ITU MERAH. CIUNG WANARA Hilang, MENINGGALKAN TEMPAT ITU. Patih Purawesi “Duh Rai, dibunuh, ayam kita mati, anak Puragading “Maaf, penilaian anak tidak terlihat. DUA KEMATIAN LALU ARINDIT MENINGGALKAN TEMPATNYA UNTUK DATANG. KACARITAKEUN LENGSENG DAN CIUNG WANARA Ciung Wanara “Mau pergi kemana, Uwa?Lengser “Mau ke Paseban ikut Uwa?”Ciung Wanara “Waduk tidak familiar.”Slide “Tidak biasa dengan saya.”Ciung Wanara “Ya, saya tidak tahu, saya akan segera bertemu dengan Anda.” LENGTHEN PERGI KE PASABAN, DIIKUTI CIUNG WANARA. CERITA HINGGA PENYEBABNYA. Lengser “Wow, dari mana asalmu?”Ciung Wanara “Saat reruntuhan dari desa, Uwa adalah sayanama Ciung Wanara, putra Nini Balangantrang – Aki Balangantrang. “Lengser “Terima kasih banyak bos, saya mengerti Uwa.”Ciung Wanara “Siapa rumah Uwa?”Lengser “Ih, Asep, ini bukan pekerjaanku.”Ciung Wanara “Apa hari-hari suku bermata empat?”Slope “Kursi gading bertabur berlian.”Ciung Wanara “Perangkat apa?”Lengser “Perangkat duduk di atas raja.”Ciung Wanara “Bagaimana jika saya bertanya?”Slide “Jangan kasus doraka.” CIUNG WANARA TIDAK MENGGANGGU SPEAKER TERSESAT. GEK WAI CIUNG WANARA DUDUK DI KURSI. TAPI KURSI YANG DUDUK DIHANCUR, KARENA TIDAK KUAT DENGAN BERAT WANARA BERAT. TINJAU PANJANG. Slide “Oh, Agan, terbunuh, tentu saja kita dirugikan, tersedot oleh itupunya! “ CIUNG WANARA HILANG DARI SEUSEURIAN, MANI NGAGAKGAK. Ciung Wanara “Alat apa itu?”Lengser “Tempat tidur, terkadang digunakan oleh tempat tidur raja.” CIUNG WANARA LANJUTKAN SAMPAI DENGAN BED BED. TAPI SEKARANG SAYA TIDAK INGIN PERGI. KONFERENSI CIUNG WANARA DAN LENGGESERR SUDAH DI GEREJA SEBELUM RATU GALUH. Ratu Galuh “Dimana kita?”Ciung Wanara “Saya Geger Sunten.”Ratu Galuh “Siapa namanya?”Ciung Wanara “Saya Ciung Wanara.”Ratu Galuh “Untuk apa kamu datang ke sini?”Ciung Wanara “Sineja ingin menawarkan lubang ayam, tapi dengan yang lebih buruk.”Ratu Galuh “Mana ayamnya?” AYAM DIPERLIHATKAN KE RATU GALUH. RATU GALUH MARIOS HAYAM ADUNA CIUNG WANARA. Ratu Galuh “Dari mana ayam ini berasal?”Ciung Wanara “Ya, ya Tuhan, ayam-ayam saya adalah keturunan sayangnya, ibu dari bapak, bapak ayam, melahirkan setahun, sayang harus kanagan.”Ratu Galuh “Payung ayam adalah taruhan yang bagus.” KETIKA DEWI PANGRENYEP INGIN PERGI. Dewi Pangrenyep “Hai Lengser, ingatlah selalu nanang Naganingrum, bahasa untuk saat ini. Hari ini yang disingkirkan kembali ke depan Ratu. Saya lebih takut. “Lengser “Dipotong untuk bekerja takut, karena ini punya ibu. Sekarang saya langsung dengan deskripsinya. “Dewi Pangrenyep “Kalau begitu Lengser, saya pikir dulu.” RATU TERIMA KASIH UNTUK CIUNG WANARA Ciung Wanara “Saya tidak membantu tumpang tindih, hanya ingin memperpanjang umur.”Ratu Galuh “Akan lebih baik bagiku untuk tetap di masa tuaku, bahayanya adalah dari negeri pedang.”Ciung Wanara “Tolong jangan heboh siang, malam akan menemanimu.”Ratu Galuh “Ayo berkemas!” berat kedua penguasa. “ AYAM DIBAWAH. ITU TIDAK ADA YANG SALAH. WANI SARUA DAÉKNA. AYAM PRAK BAE ABAR. SILIHPACOK KU PAMATUK. SILIHGITIK KU JANGJANGNA. SILIHPEUPEUH KU SUKUNA. AYAM YANG SAMA BERBEDA. PANJANG HAYAM CIUNG WANARA KADÉSÉH. AYAM ADALAH SEBUAH KEMATIAN. AYAM SELESAI. LALU AYAM DIBAWAH LAGI. JADI NAGA WIRU DATANG DARI GUNUNG PADANG MENCARI AYAM CIUNG WANARA. AKHIRNYA AYAM CIUNG WANARA DAPAT MEMBUNUH AYAM ARIA BANGA. Diperbarui dari Literary Explorers, 71-78 Siapa nama kedua penguasa itu?Apa alasan kedua penguasa itu bertaruh seolah-olah sedang marah ketika ditanya oleh Ciung Wanara?Minta salah satu dari dua penguasa itu ke Ciung Wanara?Siapakah nama orang tua Ciung Wanara?Apa jawaban Ciung Wanara saat kedua penguasa itu bertanya tentang ayamnya?Mengapa Ciung Wanara enggan berbicara dengan Ki Lengser?Bolehkah Ki Lengser ketika Ciung Wanara ingin duduk di kursi gading, apa jawaban Ki Lengser?Darimana kita berasal?Apa yang diputuskan oleh Ciung Wanara saat menunggangi seekor ayam dan Ratu Galuh?Hari apa Ratu Galuh diangkat?
DiCiamis - dalam cerita Ciung Wanara - bokor itu digunakan untuk menguji seorang pendeta Galuh (masa pra-Islam) bernama Ajar Sukaresi yang bertapa di Gunung Padang. Salah satu kemungkinan adalah bahwa istilah tersebut berasal dari nama sejenis logam, yaitu kuningan. Dalam bahasa Sunda (juga bahasa Indonesia), kuningan adalah sejenis logam
Ciung Wanara aksara Sunda ᮎᮤᮅᮀ ᮝᮔᮛ adalah legenda di kalangan orang Sunda di Indonesia. Cerita rakyat ini menceritakan legenda Kerajaan Sunda Galuh, asal muasal nama Sungai Pemali serta menggambarkan hubungan budaya antara orang Sunda dan Jawa yang tinggal di bagian barat provinsi Jawa Tengah.[1][2] Ciung WanaraPrabu SurotamaRaja Kerajaan GaluhBerkuasa739 – 783PendahuluTamperan BarmawijayaPenerusGuruminda Sang MinisriInformasi pribadiKelahiranManarah[butuh rujukan]718Kematian798Nama takhtaPrabu Jayaprakosa Mandaleswara SalakabuanaAyahPermana DikusumahIbuNaganingrumPasanganKancanawangi Sumber Cerita ini berasal dari tradisi cerita lisan Sunda yang disebut Pantun Sunda,[3] yang kemudian dituliskan ke dalam buku yang ditulis oleh beberapa penulis Sunda, baik dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.[4] Ringkasan Turunnya sang raja Dahulu berdirilah sebuah kerajaan besar di pulau Jawa yang disebut Kerajaan Galuh, ibu kotanya terletak di Galuh dekat Ciamis sekarang. Dipercaya bahwa pada saat itu kerajaan Galuh membentang dari Hujung Kulon, ujung Barat Jawa, sampai ke Hujung Galuh "Ujung Galuh", yang saat ini adalah muara dari Sungai Brantas di dekat Surabaya sekarang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Prabu Permana Di Kusumah. Setelah memerintah dalam waktu yang lama Raja memutuskan untuk menjadi seorang pertapa dan karena itu ia memanggil menteri Aria Kebonan ke istana. Selain itu, Aria Kebonan juga telah datang kepada raja untuk membawa laporan tentang kerajaan. Sementara ia menunggu di depan pendapa, ia melihat pelayan sibuk mondar-mandir, mengatur segalanya untuk raja. Menteri itu berpikir betapa senangnya akan menjadi raja. Setiap perintah dipatuhi, setiap keinginan terpenuhi. Karena itu ia pun ingin menjadi raja. Saat ia sedang melamun di sana, raja memanggilnya. "Aria Kebonan, apakah benar bahwa Engkau ingin menjadi raja?" Raja tahu itu karena ia diberkahi dengan kekuatan supranatural. "Tidak, Yang Mulia, aku tidak akan bisa." "Jangan berbohong, Aria Kebonan, aku tahu itu." "Maaf, Yang Mulia, Saya baru saja memikirkannya." "Yah, Aku akan membuat engkau menjadi raja Selama Aku pergi untuk bermeditasi, Engkau akan menjadi raja dan memerintah dengan benar. Engkau tidak akan memperlakukan tidur dengan kedua istriku, Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum sebagai istrimu." "Baiklah, Yang Mulia." "Aku akan mengubah penampilanmu menjadi seorang pria tampan. Nama Anda akan Prabu Barma Wijaya. Beritahulah pada orang-orang bahwa raja telah menjadi muda dan Aku sendiri akan pergi ke suatu tempat rahasia. Dengan demikian engkau akan menjadi raja!" Pada saat penampilan Aria Kebonan menyerupai Prabu Permana di Kusumah itu, tetapi tampak sepuluh tahun lebih muda. Orang percaya pengumuman bahwa ia adalah Raja Prabu Permana Di Kusumah yang telah menjadi sepuluh tahun lebih muda dan mengubah namanya menjadi Prabu Barma Wijaya. Hanya satu orang tidak percaya ceritanya. Ia adalah Uwa Batara lengser yang mengetahui perjanjian antara raja dan menteri tersebut. Prabu Barma Wijaya menjadi bangga dan mempermalukan Uwa Batara lengser yang tidak dapat melakukan apa-apa. Dia juga memperlakukan kedua ratu dengan kasar. Keduanya menghindarinya, kecuali di depan umum ketika mereka berperilaku seolah-olah mereka istri Prabu Barma Wijaya. Kelahiran dua pangeran Suatu malam kedua ratu bermimpi bahwa bulan jatuh di atas mereka. Mereka melaporkan hal itu kepada raja yang membuatnya ketakutan, karena mimpi tersebut biasanya peringatan bagi wanita yang akan hamil. Hal ini tidak mungkin karena ia tidak bersalah memperlakukan kedua ratu sebagai istri-istrinya. Uwa Batara lengser muncul dan mengusulkan untuk mengundang seorang pertapa baru, yang disebut Ajar Sukaresi - yang tidak lain adalah Raja Prabu Permana Di Kusumah - untuk menjelaskan mimpi yang aneh tersebut. Prabu Barma Wijaya setuju, dan begitu pertapa tiba di istana ia ditanya oleh raja tentang arti mimpi itu. "Kedua ratu mengharapkan seorang anak, Yang Mulia." Meskipun terkejut dengan jawabannya, Prabu Barma Wijaya masih bisa mengendalikan diri. Ingin tahu seberapa jauh pertapa berani berbohong kepada dia, dia mengajukan pertanyaan lain. "Apakah mereka akan anak perempuan atau anak laki-laki?" "Keduanya anak laki-laki, Yang Mulia." Pada hal ini raja tidak bisa lagi menahan diri, mengambil kerisnya dan menusuk Ajar Sukaresi agar dia mati namun Dia gagal. Keris itu bengkok. "Apakah Raja berkehendak aku mati? Bila begitu, saya akan mati." Kemudian pertapa itu jatuh. Raja menendang mayatnya begitu hebat sehingga terlempar ke dalam hutan di mana ia berubah menjadi seekor naga besar, yang disebut Nagawiru. Di keraton, sesuatu yang aneh terjadi. Kedua ratu memang hamil. Setelah beberapa waktu Dewi Pangrenyep melahirkan seorang putra yang bernama Hariang Banga. Suatu hari ketika Prabu Barma Wijaya mengunjungi Dewi Naganingrum, secara ajaib janin dalam kandungan Naganingrum yang belum lahir tersebut berbicara "Barma Wijaya, Engkau telah melupakan banyak janjimu. Semakin banyak Anda melakukan hal-hal kejam, kekuasaan Anda akan semakin pendek.." Rencana jahat Peristiwa aneh janin yang dapat berbicara tersebut membuat Raja sangat marah dan takut terhadap ancaman janin tersebut. Dia ingin menyingkirkan janin itu dan segera menemukan cara untuk melakukannya. Dia meminta bantuan Dewi Pangrenyep untuk dapat terlepas dari bayi Dewi Naganingrum yang akan lahir sebagai bajingan menurut impiannya. Dia tidak akan cocok untuk menjadi penguasa negeri ini bersama-sama dengan Hariang Banga, putra Dewi Pangrenyep. Ratu percaya hal tersebut dan setuju, tetapi apa yang harus dilakukan? "Kita akan menukar bayi tersebut dengan anjing dan melemparkannya ke sungai Citanduy." Sebelum melahirkan, Dewi Pangrenyep menghimbau Dewi Naganingrum untuk menutupi matanya dengan malam lilin yang biasanya digunakan untuk membatik. Dia berpendapat bahwa perlakuan ini adalah untuk menghindarkan ibu yang sedang melahirkan agar tidak melihat terlalu banyak darah yang mungkin dapat membuat dia pingsan. Naganingrum setuju dan Pangrenyep pun menutup mata Dewi Naganingrum dengan lilin, berpura-pura membantu ratu malang tersebut. Naganingrum tidak menyadari apa yang terjadi, bayi yang baru lahir itu dimasukkan ke dalam keranjang dan dilemparkan ke dalam Sungai Citanduy, setelah ditukar dengan bayi anjing yang dibaringkan di pangkuan sang ibu yang tidak curiga akan perbuatan jahat tersebut. Ratu Naganingrum segera menyadari bahwa ia tengah menggendong seekor bayi anjing, ia sangat terkejut dan jatuh sedih. Kedua pelaku kejahatan berusaha menyingkirkan Dewi Naganingrum dari istana dengan mengatakan kebohongan kepada rakyat, tetapi tidak ada yang percaya kepada mereka. Bahkan Uwa Batara lengser tak dapat melakukan apa-apa karena Raja serta Ratu Dewi Pangrenyep sangat berkuasa. Barma Wijaya bahkan memerintahkan hukuman mati atas Dewi Naganingrum karena dia telah melahirkan seekor anjing, yang dianggap sebagai kutukan dari para dewa dan aib bagi kerajaan. Uwa Batara lengser mendapat perintah untuk melaksanakan eksekusi tersebut. Dia membawa ratu yang malang ke hutan, namun dia tak sampai hati membunuhnya, ia bahkan membangunkan sebuah gubuk yang baik untuknya. Untuk meyakinkan Raja dan Ratu Pangrenyep bahwa ia telah melakukan perintah mereka, ia menunjukkan kepada mereka pakaian Dewi Naganingrum yang berlumuran darah. Sabung ayam Di desa Geger Sunten, tepian sungai Citanduy, hiduplah sepasang suami istri tua yang biasa memasang bubu keramba perangkap ikan yang terbuat dari bambu di sungai untuk menangkap ikan. Suatu pagi mereka pergi ke sungai untuk mengambil ikan yang terperangkap di dalam bubu, dan sangat terkejut bukannya menemukan ikan melainkan keranjang yang tersangkut pada bubu tersebut. Setelah membukanya, mereka menemukan bayi yang menggemaskan. Mereka membawa pulang bayi tersebut, merawatnya dan menyayanginya seperti anak mereka sendiri. Dengan berlalunya waktu bayi tumbuh menjadi seorang pemuda rupawan yang menemani berburu orang tua dalam hutan. Suatu hari mereka melihat seekor burung dan monyet. "Burung dan monyet apakah itu, Ayah?" "Burung itu disebut Ciung dan monyet itu adalah Wanara, anakku." "Kalau begitu, panggillah aku Ciung Wanara." Orang tua itu menyetujui karena arti kedua kata tersebut cocok dengan karakter anak itu. Suatu hari ia bertanya pada orang tuanya mengapa dia berbeda dengan anak laki-laki lain dari desa tersebut dan mengapa mereka sangat menghormatinya. Kemudian orang tua itu mengatakan kepadanya bahwa ia telah terbawa arus sungai ke desat tersebut dalam sebuah keranjang dan bukan anak dari desa tersebut. "Orangtuamu pasti bangsawan dari Galuh." "Kalau begitu, aku harus pergi ke sana untuk mencari orang tua kandungku, Ayah." "Itu benar, tetapi kamu harus pergi dengan seorang teman. Di keranjang itu ada telur. Ambillah, pergilah ke hutan dan carilah unggas untuk menetaskan telur itu." Ciung Wanara mengambil telur itu, pergi ke hutan seperti yang diperintahkan oleh sang orang tua, tetapi ia tidak dapat menemukan unggas. Ia menemukan Nagawiru yang baik, kepadanya ia meminta untuk menetaskan telur. Dia meletakkan telur di bawah naga itu dan tak lama setelah menetas, anak ayam tumbuh dengan cepat. Ciung Wanara memasukkannya ke dalam keranjang, meninggalkan orang tua dan istrinya dan memulai perjalanannya ke Galuh. Di ibu kota Galuh, sabung ayam adalah sebuah acara olahraga besar, baik raja dan rakyatnya menyukainya. Raja Barma Wijaya memiliki ayam jago yang besar dan tak terkalahkan bernama Si Jeling. Dalam kesombongannya, ia menyatakan bahwa ia akan mengabulkan keinginan apapun kepada pemilik ayam yang bisa mengalahkan ayam juaranya. Saat tiba, anak ayam Ciung Wanara sudah tumbuh menjadi ayam petarung yang kuat. Sementara Ciung Wanara sedang mencari pemilik keranjang, ia ikut ambil bagian dalam turnamen adu ayam kerajaan. Ayamnya tidak pernah kalah. Kabar tentang anak muda yang ayam jantannya selalu menang di sabung ayam akhirnya mencapai telinga Prabu Barma Wijaya yang kemudian memerintahkan Uwa Batara lengser untuk menemukan pemuda itu. Orang tua itu segera menyadari bahwa pemuda pemilik ayam itu adalah putra Dewi Naganingrum yang telah lama hilang, terutama ketika Ciung Wanara menunjukkan padanya keranjang di mana ia telah dihanyutkan ke sungai. Uwa Batara Lengser mengatakan pada Ciung Wanara bahwa raja telah memerintahkan hal tersebut selain menuduh ibunya telah melahirkan seekor anjing. "Jika ayam kamu menang melawan ayam raja, mintalah saja kepadanya setengah dari kerajaan sebagai hadiah kemenangan kamu." Keesokan paginya Ciung Wanara muncul di depan Prabu Barma Wijaya dan menceritakan apa yang telah diusulkan Lengser. Raja setuju karena dia yakin akan kemenangan ayam jantannya yang disebut Si Jeling. Si Jeling sedikit lebih besar dari ayam jago Ciung Wanara, namun ayam Ciung Wanara lebih kuat karena dierami oleh Naga Nagawiru. Dalam pertarungan berdarah ini, ayam sang Raja kehilangan nyawanya dan raja terpaksa memenuhi janjinya untuk memberikan Ciung Wanara setengah dari kerajaannya. Perang saudara Ciung Wanara menjadi raja dari setengah kerajaan dan membangun penjara besi yang dibangun untuk mengurung orang-orang jahat. Ciung Wanara merencanakan siasat untuk menghukum Prabu Barma Jaya dan Dewi Pangrenyep. Suatu hari Prabu Barma Jaya dan Dewi Pangrenyep diundang oleh Ciung Wanara untuk datang dan memeriksa penjara yang baru dibangun. Ketika mereka berada di dalam, Ciung Wanara menutup pintu dan mengunci mereka di dalam. Dia kemudian memberitahu orang-orang di kerajaan tentang perbuatan jahat Barma dan Pangrenyep, orang-orang pun bersorak. Namun, Hariang Banga, putera Dewi Pangrenyep, menjadi sedih mengetahui tentang penangkapan ibunya. Ia menyusun rencana pemberontakan, mengumpulkan banyak tentara dan memimpin perang melawan adiknya. Dalam pertempuran, ia menyerang Ciung Wanara dan para pengikutnya. Ciung Wanara dan Hariang Banga adalah pangeran yang kuat dan berkeahlian tinggi dalam seni bela diri pencak silat. Namun Ciung Wanara berhasil mendorong Hariang Banga ke tepian Sungai Brebes. Pertempuran terus berlangsung tanpa ada yang menang. Tiba-tiba munculah Raja Prabu Permana Di Kusumah didampingi oleh Ratu Dewi Naganingrum dan Uwa Batara lengser. "Hariang Banga dan Ciung Wanara!" kata Raja, "Hentikan pertempuran, ini adalah pamali "tabu" atau "dilarang" dalam bahasa Sunda dan Jawa - berperang melawan saudara sendiri. Kalian adalah saudara, kalian berdua adalah anak-anakku yang akan memerintah di negeri ini, Ciung Wanara di Galuh dan Hariang Banga di timur sungai Brebes, negara baru. Semoga sungai ini menjadi batas dan mengubah namanya dari Sungai Brebes menjadi Sungai pamali untuk mengingatkan kalian berdua bahwa adalah pamali untuk memerangi saudara sendiri. Biarlah Dewi Pangrenyep dan Barma Wijaya yang dahulu adalah Aria Kebonan dipenjara karena dosa mereka." Sejak itu nama sungai ini dikenal sebagai Cipamali Bahasa Sunda atau Kali Pemali Bahasa Jawa yang berarti "Sungai Pamali". Hariang Banga pindah ke timur dan dikenal sebagai Jaka Susuruh. Dia mendirikan kerajaan Jawa dan menjadi raja Jawa, dan pengikutnya yang setia menjadi nenek moyang orang Jawa. Ciung Wanara memerintah kerajaan Galuh dengan adil, rakyatnya adalah orang Sunda, sejak itu Galuh dan Jawa makmur lagi seperti pada zaman Prabu Permana Di Kusumah. Saat kembali menuju ke barat, Ciung Wanara menyanyikan legenda ini dalam bentuk Pantun Sunda, sementara kakaknya menuju ke timur dengan melakukan hal yang sama, menyanyikan cerita bersejarah ini dalam bentuk tembang. Interpretasi Legenda ini adalah cerita rakyat Sunda untuk menjelaskan asal nama Sungai Pamali, serta untuk menjelaskan asal usul hubungan orang Sunda dengan orang Jawa; tentang dua bersaudara yang bersaing dan memerintah di pulau yang sama. Dari cerita ini jelas terlihat bahwa kerajaan Sunda Kerajaan Galuh lebih tua atau lebih awal berdiri dari kerajaan yang didirikan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal tersebut diperkuat dengan fakta sejarah bahwa kerajaan tertua di Jawa memang terletak di tatar Sunda, yaitu kerajaan Salakanagara. Namun jika menilik dari silsilah persaudaraan keduanya Hariang Banga dengan Ciung Wanara maka dapat disimpulkan bahwa orang Jawa Yang berasal dari Hariang Banga bersama pengikutnya merupakan saudara yang lebih tua dari orang Sunda Yang berasal dari Ciung Wanara bersama pengikutnya, dan orang Sunda menerima hal tersebut. Warisan sejarah Pahlawan nasional Indonesia dari Bali, I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan kecil yang dinamainya Pasukan Ciung Wanara di mana pasukan ini bertujuan untuk menghalau pengaruh Belanda di Bali untuk membentuk Negara Indonesia Timur setelah disetujuinya Perjanjian Linggarjati dan mengembalikan Bali dibawah kendali pemerintahan Indonesia. Pasukan Ciung Wanara yang jumlahnya tidak lebih dari 100 personil ini seluruhnya gugur dalam pertempuran Puputan Margarana melawan pasukan NICA Belanda di Tabanan pada November 1946. Lihat pula Sastra Sunda Pranala luar Referensi ^ Indonesia Ensiklopedi Sunda Alam, Manusia dan Budaya termasuk Budaya Cirebonan dan Betawi. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta 2000. ^ Indonesiaciung wanara diaksés tanggal 27 Oktober 2011 ^ Tamsyah, Budi Rahayu 1999. Kamus Istilah Tata Basa jeung Sastra Sunda. Pustaka Setia. hlm. 175–176. ^ Noorduyn, J. 2006. Three Old Sundanese poems. KITLV Press.
Tokohdongeng fabel si kancil dalam bahasa sunda bernama si peucang. Dongeng ciung wanara dan cerita rakyat sunda : Cerita Dongeng Lutung Kasarung Bahasa Sunda Pdf Kumpulan dongeng saga mitos legenda dan fabel kumpulan via www.newhairstylesformen2014.com. Kumpulan dongeng bahasa sunda.
Ciung Wanara aksara Sunda ᮎᮤᮅᮀ ᮝᮔᮛ adalah legenda di kalangan orang Sunda di Indonesia. Cerita rakyat ini menceritakan legenda Kerajaan Sunda Galuh, asal muasal nama Sungai Pemali serta menggambarkan hubungan budaya antara orang Sunda dan Jawa yang tinggal di bagian barat provinsi Jawa Tengah.[1][2] Ciung WanaraPrabu SurotamaRaja Kerajaan GaluhBerkuasa739 – 783PendahuluTamperan BarmawijayaPenerusGuruminda Sang MinisriInformasi pribadiKelahiranManarah[butuh rujukan] 718Kematian798Nama takhtaPrabu Jayaprakosa Mandaleswara SalakabuanaAyahPermana DikusumahIbuNaganingrumPasanganKancanawangi . 262 25 162 273 378 298 230 103

cerita ciung wanara dalam bahasa sunda